Penulis : Khusna Banaha
Apa Kabar Hati?
┏━━━•••• 🪟 ﷽🚪••••━━━┓
Home of Character Education
┗━━━•••✿•┈•✿•┈•✿•••━━━━┛
🏡 TaBBIs 🌵
Rumahku Sekolah Terbaikku
الأم مدرسة الأولى
Al-Ummu Madrasatul Ula
MENITI KEMBALI DI JALAN FITRAH
MENITI KEMBALI DI JALAN FITRAH
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Surat Al-Insan Ayat 30)
Sejatinya pendidikan itu bukan hanya untuk ajang meraih lulus dan lolos ujian sekolah atau mencapai kemenangan dari berbagai macam perlombaan, atau menggapai segudang prestasi, gelar dan ketenaran, melainkan sebenarnya yang lebih utama untuk dipersiapkan adalah menghadapi ujian kehidupan yang begitu kompleks. Sedangkan kesuksesan dalam menjalani ujian hidup ini yang sangat berperan adalah hati dan jiwa, lalu iman sebagai taruhannya. Sungguh Allah tidak membiarkan kita begitu saja mengatakan: “Kami telah beriman” sedangkan kita tidak diuji.¹
Dalam perjalanan hidup di dunia ini iman seorang hamba akan terus diuji dan para setan tidak pernah berhenti, tak akan bosan menghasut dan membujuk untuk menggelincirkan manusia agar terjatuh dalam limbah dosa yang mengotori hati dengan ujub, riya’, sombong, buruk sangka, dengki, marah, dendam, dzalim, syubhat, syahwat, khianat dan penyakit hati lainnya, sehingga keluar dari jalan fitrah yang lurus.²
Atas rahmat dan karunia-Nya yang sempurna, Allah Azza wa Jalla menciptakan manusia di atas fitrah yang pada asalnya hati seorang hamba selalu cenderung pada Islam, tauhid, cinta kebenaran dan kebaikan.³ Namun karena pengaruh dari luar, maka hati manusia dapat menjadi berpaling dari fitrahnya. Demikian pula atas kesempurnaan ciptaan-Nya, Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan menuju kafasikan dan ketaqwaannya.⁴
Jalan ketaqwaan adalah jalan fitrah, sedangkan kefasikan jalan penyimpangan yang keluar dari fitrah.
Dan nafsu amarah bissuu’, telah menyebabkan jiwa manusia memperturutkan hawa nafsu, mengikuti jalan setan di jalan keburukan.⁵ Sungguh tak ada hamba yang terlepas dari salah dan khilaf. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam itu banyak berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang segera bertaubat.”
(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa, maka Allah akan sirnakan kalian, dan sungguh Allah akan mendatangkan suatu kaum yang mereka berbuat dosa, lalu mereka beristighfar kepada Allah maka Allahpun mengampuni mereka”
(HR. Muslim no 2749)
Maka orang yang bertaqwa bukanlah dia yang tak pernah melakukan kesalahan. Orang yang bertaqwa tetap akan melakukan kesalahan, tetapi disaat berbuat salah segera sadar dan bertaubat. Maka hendaklah kita bergegas untuk bertaubat, memohon rahmat dan ampunan-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.
Cenderungnya hati pada fitrah, sebenarnya manusia itu sadar bahwa hatinya tak sebening air zam-zam, sadar bahwa dirinya dalam kesalahan atau kekhilafan. Namun karena faktor ego akan status duniawi ini, menyebabkan manusia sulit untuk merendahkan diri bahkan mengakui kesalahannya sendiri secara lahir batin. Kemudian nafsul lawwamah menjadikan jiwa manusia sangat menyesal dengan dirinya sendiri,⁶ tatkala tersadar ia berada di jalan keburukan dan kurangnya teguh berada di jalan kebaikan. Penyesalan ini selalu mendorong jiwa ingin kembali pada fitrahnya.
Oleh karena itu, pendidikan fitrah adalah upaya mendidik hati menjaga dan merawat kebeningannya. Membasuh luka dari hati yang tersakiti, membersihkan hati dari noda dosa yang mengotori. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi petunjuk agar hati menjadi kembali bening sebagaimana fitrah asalnya, beliau bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ
” Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat dosa maka akan dibubuhkan satu titik hitam di (permukaan) hatinya. Kalau dia (segera) bertaubat, meninggalkan (dosa tersebut) Dan memohon ampun (kepada Allah Azza wa Jalla ), maka hatinya akan bening (kembali). (HR. Ibnu Majah, no. 4244)
Dengan demikian pendidikan fitrah adalah pendidikan berbasis hati dan jiwa, yang menumbuhkan kesadaran iman tauhid. Hatilah yang menjadi pusat tempat tumbuh berkembangnya iman. Iman mengarahkan hati dan menggerakkan setiap langkah untuk memilih jalan ketaqwaan dan menjauhkan diri dari jalan kerusakan. Karena itulah iman merupakan pondasi yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam pendidikan ini, agar menancap kuat dalam relung hati dan jiwa yang tak mudah goyah diterpa badai ujian dan rayuan bisikan setan.
Maka hendaklah kita memperbanyak syukur, karena Allah ta’ala telah menciptakan hati kita di atas fitrah yang lurus. Lalu dengan karunia-Nya Allah turunkan syariat-Nya sebagai petunjuk dan rambu-rambu yang membimbing hati agar selamat dari tipu daya setan, sehingga selalu di atas jalan fitrah.
Upaya kembali pada jalan fitrah yaitu dengan hati yang ikhlas untuk memahami dan mengamalkan petunjuk Allah ta’ala dan sunnah Rasul-Nya sebagai pedoman hidup yang sempurna. Di dalam kitabullah Al Qur’an banyak terdapat nasehat, pelajaran, penyembuh penyakit hati, petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman.⁷ Begitu juga dalam sunnah Rasul-Nya terdapat petunjuk dan teladan hidup sebagai kunci keselamatan hati dan iman.
Meniti kembali di jalan fitrah artinya kita mesti memperbaiki hati dengan muhasabah dan tazkiyatun nafs. Meninggalkan keresahan dan kegundahan hati menuju jalan penuh ikhlas dan ketenangan. Melapangkan hati untuk senantiasa berhusnudzon kepada Allah, serta ridha terhadap semua ketetapan dan pengaturan-Nya. Dengan meniti kembali di jalan fitrah, maka hati akan kembali mengingat-Nya. Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.⁸
Dengan demikian mendidik anak dengan pendidikan fitrah, sejatinya mendidik hati diri sendiri kembali di jalan fitrah. Jadi orientasi pendidikan ini bukan lagi untuk menuntut sebuah hasil, tetapi sebuah proses perjalanan panjang yang membimbing hati agar tetap di atas fitrahnya. Dengan hati yang bersih, kita dapat memandang berbagai karakter manusia dan kehidupan ini dengan kacamata kasih sayang dan hikmah-Nya, bukan lagi pandangan tajam kedengkian, kecurigaan, keangkuhan dan perselisihan yang saling menjatuhkan.
Sungguh rahmat Allah ta’ala yang paling besar dalam perjalanan hidup di dunia ini adalah taufik (petunjuk) meniti jalan keridhaan-Nya, jalan di atas fitrah yang penuh ketenangan dan kebahagiaan.
Semoga Allah memudahkan kepada kita untuk memiliki jiwa yang muthmainnah dan kembali kepada Rabb dengan hati penuh keridhaan dan diridhai-Nya. Semoga kita termasuk golongan hamba Allah yang dimasukkan kedalam Surga-Nya.⁸
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ
Allahumma inni as-aluka nafsan bika muthma-innah, tu’minu biliqo-ika wa tardho bi qodho-ika wataqna’u bi ’atho-ika.⁹
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang merasa tenang kepada-Mu, yang yakin akan bertemu dengan-Mu, yang ridha dengan ketetapan-Mu, dan yang merasa cukup dengan pemberian-Mu.”
Aamiin Ya Mujibassailin.
Wallahu a’lam bishshawab.
Renungan Hati ❤
Meniti Jalan Ridha Ilahi,
—————————————
Catatan kaki:
1). QS. Al-‘Ankabut: 2.
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”
2).Dalam sebuah hadits qudsi Allah Ta’ala berfirman:
إِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِى مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا
“Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan lurus. Setelah itu datanglah syaithan-syaithanlah yang menggelincirkan mereka dari agama mereka dan mengharamkan atas mereka apa yang sebenarnya Allah halalkan bagi mereka. Juga menyuruh mereka agar menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan tentangnya”(HR. Muslim)
3). QS.Ar rum: mereka 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
4). QS.Asy-Syams:7- 8
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّىٰهَا
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
5). QS.Yusuf: 53
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”
6). QS.Al-Qiyamah:2
وَلَآ أُقْسِمُ بِٱلنَّفْسِ ٱللَّوَّامَةِ
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”
7). QS.Yunus:57
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu nasehat atau pelajaran dari Rabbmu (al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
8). QS. Ar-Ra’d : 28
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
9).Q.S. Al-Fajr : 27-30
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
10)Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir disebutkan dalamTafsir Ibnu Katsir Surat Al-Fajr.
🚹 SETIAP ANAK HEBAT 🚺
Bahagia Beriman, Berilmu, Beramal
✿•┈•┈ 🍀🪷🪷🪷🍀•┈•┈✿

Leave A Comment