Jangan Buru-Buru Melangkah

Jangan Buru-Buru Melangkah

Ayah, Bunda…
Pernahkah ananda mempertanyakan hal ini:
“Memang untuk apa sih mempelajari ini?”
“Memang kenapa sih harus melakukan ini?”

Atau… mungkin saat kecil dulu, kitalah yang mempertanyakan?
Dan pada saat itu, tak seorang pun yang dapat memberikan penjelasan.

Atau mungkin kala itu, hanya ada doktrin yang kita terima?
Kini realitanya, doktrin tersebut tak menjadi nyata.

Ayah, Bunda…
Jangan abaikan pertanyaan kritis ini
karena sejatinya, ananda sedang mencoba memaknai perjalanan hidup ini.
Mungkin saja, pemikiran kritis ini menjadi bahan evaluasi
semoga ananda tak lagi merasakan kesia-siaan seperti yang kita alami.

Mari kita muhasabah diri…
Mungkinkah ada yang salah dalam “alur pendidikan” kita
sehingga tak tumbuh keikhlasan untuk hanya mengharap rida Rabb-Nya?

Mari kita renungi…
Mungkinkah belum tumbuh mahabbah di hatinya, sehingga tak tumbuh antusiasnya?

Mari kita coba pahami…
Mungkinkah bukan ini minat bakatnya, sehingga tak tumbuh inisiatif dan percaya dirinya?

Maka…
Jangan buru-buru melangkah!
Jangan pula tergesa-gesa!

Tumbuhkanlah dahulu mahabbahnya;
kuatkanlah dulu pondasinya;
pesonakanlah dulu keteladanan pada dirinya.

Berikanlah waktu agar ia bisa merasakan cinta yang tulus penuh hangat,
sehingga membuatnya sadar bahwa ia sangat dicintai tanpa syarat.

Berikanlah kesan mendalam bahwa ia diterima apa adanya,
sehingga ia merasa nyaman dan aman serta tumbuh rasa percaya dirinya.

Berikanlah ia ruang untuk belajar dari melihat akhlak dan adab mulia orang tuanya,
sehingga tumbuhlah inisiatif meneladani bukan sekadar menuruti tanpa dapat memaknai.

Marilah Ayah dan Bunda,
Kita pelankan langkah
agar energi tak habis percuma.
Karena kita tidak sedang berlari mengejar dunia
maka kita hanya perlu berjalan tenang mengikuti peta petunjuk Rasul-Nya.

Semoga Allah berikan hidayah dan taufiq-Nya untuk menikmati perjalanan mendidik ini dengan hati ikhlas dan bahagia. 🩵

Rahma Ummu Haidar (Tabbis HCE Indonesia)