9 | Bukan Nasihat, Tapi dari Apa yang Ia Lihat

Bukan Nasihat, Tapi dari Apa yang Ia Lihat.

Wahai Ibu, yang hari- harinya di tuntut untuk bisa ini dan itu.
Sudah berapa kalimat nasihat yang engkau lontarkan kepada ananda setiap waktu?

Tingkah uniknya, tingkah menantangnya, tak sadar membuat mulut kita terus berkomat kamit menjerit.

Sejatinya mereka bukan mendengar dari apa yang kita ucap, tapi mereka menyerap dari apa yang kita perbuat.
Kita bisa menaburkan ribuan nasihat kepadanya, namun sejatinya itu seperti angin yang meniupkan embun setiap paginya.

Anak-anak belajar bukan dari lidah yang pandai merangkai kata, tapi dari mata yang menangkap keseharian ayah dan bundanya.

Maka, wahai Ayah dan Ibu…
Berilah contoh melalui keteladanan yang baik di setiap aktivitasnya.

“Bacalah bismillah, ketika akan makan”.
“Bacalah bismillah, ketika akan membuka pintu”.
“Duduklah ketika akan memakai sepatu”.

Hal-hal kecil ini jika ananda mampu melakukan itu dengan kesadaran diri, bisa menjadi bagian dari amal jariyah untuk kita, sebagai orang tuanya yang telah memberi teladan.

Wahai orang tua yang penuh rasa kasih…
Letakkan gawai di saat ia berbicara.
Sambut kehadirannya dengan rasa bahagia, karena disitulah rasa aman ia rasa.
Jaga erat mulut kita dari ucapan buruk yang melukai perasaannya.
Meski tak mudah, tetaplah jaga kata-kata.
Karena setiap respon kita adalah cermin dalam kesehariannya.
Reaksi marah kita akan teringat di ingatannya dan mereka akan mempraktikkannya di kehidupan nyatanya.

Mari kita bersama bergandengan tangan dalam membersamai mereka.
Tak perlu lantang dalam berkata, namun cukup hadir dengan perilaku yang mulia.

Bukan dari nasihat yang panjang tanpa jeda, tapi dari teladan yang konsisten dijaga.
Itulah warisan yang tak ternilai harganya kelak mereka dewasa.
Semoga Allaah mudahkan jalan kita.

Barakallahu fikum. 🩵

Ekti Ummu Uwais

𝐇𝐂𝐄 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚
𝗛𝗼𝗺𝗲 𝗼𝗳 𝗖𝗵𝗮𝗿𝗮𝗰𝘁𝗲𝗿 𝗘𝗱𝘂𝗰𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻