Berantakan

Berantakan

Setiap ruang dalam rumah ini, rasanya tak pernah lama bertahan dalam kerapian.
Benda-benda yang semula tertata rapi pada tempatnya, itu hanya berlaku sebentar saja.
Lalu setelahnya???
Yah, benda-benda itu akan berpencar kemana-mana.

Buku dan alat tulis tergeletak begitu saja.
Mainan tersebar di mana-mana.
Air minum yang tumpah.
Makanan yang jatuh tercecer tak karuan.

Begitulah pemandangan yang kerap kali ku saksikan.
Setiap hari, bahkan setiap saat.
Adakalanya aku lelah, marah dan ingin menyerah.
Tapi kembali ku tatap penuh hangat wajah-wajah kecil yang justru membuatku kembali kuat.

Wajah-wajah yang bersih, polos, dan menggemaskan.
Sosok diri yang benar-benar sedang belajar memahami segalanya dengan perlahan.
Sungguh, apapun yang kau lakukan, itu karena ketidaktahuan.
Seberapa sering ku mengingatkan, kealpaanmu adalah suatu kewajaran, karena sejatinya kau sedang memahami sebuah intruksi secara berulang.

Aku meyakini, bahwa dibalik berantakan ini, Allah memberikan kesehatan dalam tubuhmu.
Aku meyakini, bahwa dibalik berantakan ini, Allah menumbuhkan fitrah perkembanganmu.
Allah karuniakan kepadamu rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba, dan rasa ingin melakukannya.
Sementara peranku, akan cukup dengan memberikan ruang atas keingintahuanmu, membersamai prosesmu, dan mengiringkan doa untuk kebaikanmu.

Anakku, aku sangat menyayangimu.
Aku akan terus belajar memahami prosesmu.
Aku memohon pertolongan Allah agar dimampukan untuk selalu memenuhi tangki cintamu.
Membersamaimu dengan segala cinta dihatiku.

Barakallaahu fikunna. 🤍

Luluk Ummu Aisyah
(Tabbis HCE Indonesia)