Mendidik Hati Dengan Cinta

Penulis: Khusna Banaha

Apa Kabar Hati ?

┏━━━━••••┈✿•┈•✿•┈✿•••━━━━┓
💟 Home of Character Education 🌸
┗━━━••••┈✿•┈•✿•┈✿•••━━━━━┛
🏚 Rumahku Sekolah Terbaikku🌵
الأم مدرسة الأولى
Al-Ummu Madrasatul Ula

Mendidik Hati Dengan Cinta

MENDIDIK HATI DENGAN CINTA

Mendidik adalah seni yang berbeda dengan mengajar. Mendidik terpusat pada hati dengan sentuhan yang membangkitkan kesadaran, sehingga akan membuahkan karakter mulia pada diri anak. Mengajar berpusat pada otak, sekadar transfer ilmu pengetahuan atau keterampilan yang berfokus pada logika, penalaran dan kemampuan berpikir kritis, membuahkan kecerdasan dan keahlian.

Adapun hati menjadi pusat perasaan dan munculnya berbagai emosi, tempat menanamkan keyakinan di mana iman berakar dan tumbuh berkembang. Kondisi hati memiliki pengaruh besar pada fisik dan pikiran. Karena hati tempat lahirnya niat yang menetapkan setiap keputusan yang akan menggerakkan amal perbuatan, sikap dan segala tindakan. Baik buruknya perilaku manusia sangat tergantung seberapa sehat hatinya.

Mendidik hati tak sebatas memberi materi, tetapi dengan menanamkan cinta di hati. Maka hanya hati yang dipenuhi kecintaan yang mampu mendidik hati anak dengan penuh cinta. Karena cinta dengan segala kelembutannya mampu mengokohkan hati yang lemah dan melunakkan hati yang keras sekalipun. sehingga tumbuhlah cinta dan keimanan kepada Allah ta’ala yang akan mendorong hati ikhlas beramal dan rela berkorban tanpa pamrih.

Mendidik hati yang belum tumbuh iman dan cinta kepada Allah, hanya bisa disentuh dengan yang menyenangkan tak terlogikakan. Hati yang bahagia, menumbuhkan gelora cinta yang membangkitkan kesadaran. Ketika hati merasakan bahagia karena cinta kepada Allah, maka ia menjadi ringan menjalankan kewajiban dan ketaatan sesuai tuntunan-Nya. Tidak ada beban yang terasa berat, tidak ada cobaan yang terasa sulit, karena hati yang dipenuhi cinta kepada Allah akan tenang, tentram dilandasi iman.

Mahabbatullah inilah cinta yang paling agung yang mampu menggerakkan hati untuk melakukan segala hal demi mencapai ridha-Nya. Hanya dengan cinta ini, seseorang rela menanggung beban dan berjuang menjalani ujian dalam kehidupan. Karena cinta kepada Allah adalah cinta yang tak bisa diukur dengan angka dan kata-kata, cinta yang mengalir dari lubuk hati terdalam yang menyentuh setiap aspek kehidupan dan mengarahkan setiap langkah menuju kebaikan. Ketika hati dipenuhi cinta kepada Allah, maka setiap amal perbuatan menjadi ibadah, setiap langkah dan hembusan nafas adalah perjuangan yang menjadi sebuah pengabdian kepada-Nya.

Cinta kepada Allah adalah puncak dari segala cinta, mahkota dari keimanan yang menuntun pada cahaya. Namun, cinta ini tidak dapat tumbuh tanpa perantara kasih sayang yang membawa hati untuk mencintai Allah. Dalam perjalanan menuju Mahabbatullah, anak sangat butuh sosok yang dicintai yang dijadikan cerminan dalam mencintai Allah, sehingga apa yang dicintai oleh sosok tersebut, anak akan ikut mencintainya. Sepanjang sejarah manusia, sosok yang paling mulia dan menjadi perantara utama dalam mencintai Allah adalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Begitu banyak teladan dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam mendidik hati yang belum tumbuh iman dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam menunaikan hak-hak anak. Beliau shalallahu ‘alaihi wassalam membiarkan anak kecil naik punggung saat sujud dalam sholatnya, pernah menggendong anak ketika sholat, memperpendek bacaan sholat tatkala terdengar anak menangis, mengecup kening anak, mengajak bermain dan mendo’akan. Begitu pula beliau mendidik anak muda dengan nasehat penuh cinta dan kelembutan tanpa kemarahan. Bahkan mendidik hati kepada orang yang sudah dewasa yang berbuat dzolim tanpa benci dan dendam, seperti orang Badui kencing di pojok Masjid dan Raja yang sombong Tsumamah bin Utsal pembunuh para sahabat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam mendidik hati mereka dengan penuh cinta yang menumbuhkan kesadaran, sehingga anak kecil hingga orang dewasa menjadi terpesona dan jatuh cinta pada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam karena kemuliaan akhlaknya, mendidik hati dengan menyenangkan hati yang tak terlogikakan.

Tidak ada contoh yang lebih sempurna dalam mendidik hati dengan cinta selain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Beliau sang guru pendidik hebat, yang mampu menumbuhkan keimanan dan kecintaan di hati para sahabat. Beliau mendidik dengan cinta yang tulus ikhlas kepada manusia dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

Para sahabat Rasulullah adalah generasi yang luar biasa, sebuah generasi yang tidak tertandingi sepanjang sejarah manusia. Mereka menjadi manusia penuh cinta, memiliki iman yang kokoh dan akhlak mulia yang menjadi teladan bagi generasi berikutnya. Ini adalah bukti nyata bahwa kesuksesan pendidikan tidak lain sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu mendidik hati dengan penuh cinta.
Pendidikan Nabawiyah inilah yang seharusnya dijadikan pedoman bagi seluruh umat manusia.

Pertanyaannya….

Apakah kita dalam mendidik penuh cinta atau penuh ambisi dan obsesi?

Apakah kita dalam mendidik hati dengan penuh cinta atau penuh tekanan yang memaksa?

Apakah kita dalam mendidik lebih mengutamakan prestasi kognitif atau pendidikan hati sebagai fondasinya?

Sudahkah dunia pendidikan kita benar-benar telah mengikuti dan menteladani jejak-jejak Rasullullah Shalallahu’alaihi wasallam atau lebih mengagumi teori-teori selainnya?

Ingat Allah ta’ala berfirman

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)

Wallahu A’lam Bishawab.

Khusna Ummu Hubbi
TaBBIs HCE Indonesia

🚹 SETIAP ANAK HEBAT 🚺
Bahagia Beriman, Berilmu, Beramal
✿•┈•┈ 🍀🪷🪷🪷🍀•┈•┈

Tags: No tags

3 Responses

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *