Mempersiapkan Pendidikan Rumah

TANBIH

Penulis : Khusna Banaha

┏━━━━••••┈✿•┈•✿•┈✿•••━━━━┓
💟 Home of Character Education🌸
┗━━━••••┈✿•┈•✿•┈✿•••━━━━━┛
🏡 Rumahku Sekolah Terbaikku🌵
الأم مدرسة الأولى
Al-Ummu Madrasatul Ula

Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab kedua orangtua, kelak ayah ibu akan ditanya tentang tanggungjawab pendidikan anaknya. Sebagaimana pernyataan dalam sebuah hadits;

، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ،

“Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.(HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian sangatlah jelas bahwa pendidikan anak ini dimulai dan dibangun dari rumah, sejak anak dalam kandungan hingga baligh pendidikan anak berada dibawah naungan tanggung jawab orang tuanya. Untuk itu setiap orang tua wajib mempersiapkan diri dalam melaksanakan tugas kewajiban pendidikan rumah ini.

Apa yang mesti dipersiapkan oleh Ayah Bunda dalam melaksanakan tugas kewajiban pendidikan rumah?

A. Niat.
Niat ini harus senantiasa diluruskan, dengan menumbuhkan kesadaran diri bahwa mendidik anak itu adalah ibadah yang mulia, ladang menanam pahala dan untuk menggapai keridhoan Allah ta’ala. Sehingga kita bisa menjaga keikhlasan hati dalam mendidik anak.

B. Pembelajar
Dalam mendidik anak sangat membutuhkan sosok orang tua pembelajar yang memiliki keinginan kuat dan daya juang tinggi dalam mendidik anak-anaknya.

Sosok orang tua pembelajar diantaranya:

a. Memiliki Keteladanan Dalam Menjalankan Ibadah.

  • Ibadah wajib, segera dilaksanakan tanpa menunda-nunda.
  • Ibadah sunnah, diupayakan untuk diamalkan sesuai kemampuan.
  • Perkara mubah, dimanfaatkan untuk mendukung ibadah wajib atau sunnah.
  • Perkara makruh, berusaha untuk ditinggalkan.
  • Perkara haram, harus ditinggalkan.

b. Memiliki Konsep Manajemen Waktu.

  1. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dengan segera mengerjakan kewajiban utama dan tidak menunda-nundanya.
  2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif.
  3. Senantiasa waspada dengan pencuri waktu, yaitu:
  • Pertemuan-pertemuan yang tidak jelas, rumpian atau ghibah.
  • Interaksi yang tidak manfaat dengan dunia maya, medsos, Fb, WA, IG dll.
  • Kurangnya dalam mengatur program aktivitas harian.
  • Kebiasaan buruk; kebanyakan nonton sinetron, drama, game, berita2 dll, yang banyak menyita waktu.

Sebagaimana petunjuk Allah dalam firman-Nya:

 وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

“Dan orang orang yang meninggalkan perkara yang sia-sia.”(Q.S. Al-Mukminun: 3)

Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مِنْ حُسْنِ اِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالَايَعْنِيْهِ

“Termasuk baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat.” (HR Tirmidzi, Malik, Ahmad Dan dishahihkan oleh Syakh Albani dalam Al-Misykat)

c. Meningkatkan kualitas diri.

  • Perlu disadari pada diri seseorang terdapat beberapa unsur yaitu hati, akal dan fisik, satu dengan yang lain saling berkaitan. Menjadi orang tua hendaknya senantiasa berupaya meningkatkan kualitas diri dengan merawat kesehatan hati, akal dan fisiknya, agar dirinya mampu menjadi orang tua berkualitas.

d. Memiliki konsep Pendidikan.

  • Orang tua pembelajar hendaknya memiliki konsep pendidikan anak yang benar, dan memahami tentang fase tumbuh kembang anak beserta keunikannya.

e. Menyatukan Visi Misi

  • Memahami bahwa tanggung jawab pendidikan tidak hanya tertumpu pada ayah atau pada ibu saja. Tetapi keduanya memiliki peran sesuai posisinya dan bisa saling bekerjasama, seiring sejalan dalam mendidik anaknya.

C. Menumbuhkan dan Menjaga Potensi Diri :

  1. Potensi Hati :
    Setiap Ayah-Ibu dibekali oleh Allah fitrah mendidik anak. Namun fitrah ini terkadang terhalang pertumbuhannya oleh kondisi hati yang keruh dan rapuh. Untuk itu perlu menjaga kestabilan hati dengan muhasabah (intropeksi diri) dan melakukan tazkiyatun nufus (pensucian jiwa). Hendaklah orang tua selalu berupaya menumbuh suburkan fitrahnya yakni naluri kasih sayang, cinta yang melimpah, kelemah lembutan, kesabaran, ketabahan, harapan-harapan dan syukur, dimana potensi ini mendorong hati ikhlas penuh tanggung jawab dalam mendidik sehingga terwujudlah peran fitrah keayah-ibuannya.
  2. Potensi Akal
    Akal termasuk karunia Allah yang harus kita asah dan jaga kesehatannya. Karena itu hendaknya kita berpikir positif terhadap kondisi dan perilaku anak, sehingga mampu mengidentifikasi potensi yang tampak pada anak, mencari ide, menggali metode pengembangan dan memfasilitasi untuk menumbuhkan dan mengasah potensi diri anak. Pikiran adalah harapan dan do’a. Janganlah berprasangka buruk dan berkutat pada masalah dan kekurangan pada diri anak. Temukan strategi, fokus pada kekuatan siasati kelemahan. Gelap akan menjadi terang dengan munculnya cahaya.
  3. Potensi Fisik
    Mendidik sangat membutuhkan peran fisik Ayah-Ibu. Potensi fisik harus dijaga kesehatannya dengan memperhatikan pola makan yang benar dan halal, disertai aktivitas positif anggota badan. Dengan begitu kita dapat memanfaatkan sebaik-baiknya fisik yang sehat untuk mendidik anak dan memberi percontohan untuk mereka. Dengan potensi fisik yang sehat kita berupaya meningkatkan keuletan, keluwesan, kecakapan, keterampilan yang melibatkan anggota badan dan indera kita saat berinteraksi dengan anak untuk menggendong, menggandeng, mengayun, membelai, menyuap, tersenyum, berbicara dan sebagainya.

Pendidikan Rumah ini dimulai dari diri sendiri sebagai orang tua dengan menumbuhkan 3 karakter potensi diri :

قَلْبٌ سَالِمٌ,عَقْلٌ سَالِمٌ, جِسْمٌ سَالِمٌ

“Hati yang sehat, Akal yang sehat, Badan yang sehat.”

D. Menjalin Komunikasi.
Sesibuk apapun seorang ayah dan serepot apapun seorang ibu, sebagai orang tua senantiasa harus meluangkan waktunya untuk menjalin komunikasi dengan menghadirkan sepenuh hati dan fisik. Selalu berdo’a kepada Allah agar keberadaan sebagai orang tua tidak sebagaimana dalam pepatah:

وُجُوْدُهُ كَعَدَمِهِ
“Keberadaannya bagaikan ketiadaannya.”

Tatap anak ketika berbincang, bercerita, berdialog, hingga antara dua hati saling terkoneksi dan terjalin ikatan hati.

E. Memahami Bahasa Cintanya
Cinta merupakan kebutuhan pokok bagi setiap anak. Namun setiap anak memiliki bahasa cinta yang berbeda. Ada anak merasa dicinta jika orang tua suka memujinya, ada yang merasa dicinta jika orang tua suka mendengarkan bicaranya, ada yang merasa dicinta jika orang tua suka memberi hadiah padanya, dan bahasa cinta lainnya. Orang tualah yang mesti memahami bahasa cintanya, sehingga bisa memenuhi tangki cinta anaknya dan anak merasa dicinta oleh orang tuanya.

F. Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak.
Anak membutuhkan pengakuan dan pembersamaan dari orang tua. Berbeda, jika hanya dengan pengakuan saja, yang akan muncul sikap pembiaran. Dan jika hanya pembersamaan saja, yang akan muncul pemaksaan-pemaksaan. Ini berpengaruh ke persepsi berpikir dan perasaan anak tentang dirinya, yang dapat membentuk konsep negatif diri anak.

G. Memberi Stimulasi
Setiap anak perlu stimulasi bagi tumbuh kembangnya secara proposional antara hati, akal, dan fisik, yang merupakan aspek yang saling berhubungan. Namun dalam mendidik anak, terdapat masa emas sesuai fase-fase perkembangannya. Pendidikan hati terkait keimanan, pendidikan akal terkait belajar, dan pendidikan fisik terkait bakat anak. Semua aspek perkembangan ini perlu adanya stimulasi agar masing-masing tumbuh bersemi.

H. Memberi Motivasi
Motivasi adalah salah satu metode untuk menumbuhkan fitrah dan karakter diri anak. Anak sangat membutuhkan motivasi dari keteladanan dan juga ucapan perbuatan seperti pujian, ciuman, belaian, senyuman, hadiah. Jangan lukai hati anak dengan kemarahan dan terbunuh karakternya dengan perkataan kasar, celaan, makian, cubitan atau pukulan.

Oleh karena itu, kita sebagai orangtua butuh belajar menjadi orang tua yang benar. Mari persiapkan diri agar kita berdaya dalam mendidik sang buah hati. Semoga apa yang kita upayakan dalam mendidik mereka menjadi amal sholih dan kelak kita dapat menuai buah yang membahagiakan.

Wallahu a’lam.

Khusna Ummu Hubbi
TaBBIs HCE Indonesia

🚹 SETIAP ANAK HEBAT 🚺
Bahagia Beriman, Berilmu, Beramal
✿•┈•┈ 🍀🪷🪷🪷🍀•┈•┈

Tags: No tags

5 Responses

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *