4 | Dalam Luka, Ada Cahaya

Dalam Luka, Ada Cahaya

Apa kabar, wahai hati yang berselimut gelisah?
Apa kabar, wahai hati yang dihampiri kecewa?
Kadang, diri kita memang perlu ditampar—bukan oleh tangan manusia,
tetapi oleh kenyataan yang tak bisa kita ingkari.
Ia hadir menyentil, membawa setitik cahaya untuk segera berbenah.

Maka wahai hati,
berhentilah sejenak dari mengejar pelarian.
Tenanglah, hadapilah dirimu sendiri.
Tanyakanlah: pada siapa selama ini kau sandarkan harapan?
Pada siapa diam-diam kau andalkan, melebihi Rabbmu?

Mungkin luka-luka itu datang bukan untuk melemahkan,
melainkan agar kita kembali pulang—
menggantungkan segalanya pada Allah yang mengatur segala skenario.
Sebab, hati yang menggantungkan diri pada makhluk,
hanya akan berakhir ditarik jatuh dan diliputi kekecewaan.

Namun, hati yang bersandar pada Allah akan selalu menemukan jalan,
bahkan di saat segalanya terasa mustahil.

Ingatlah,
kekecewaan terdalam bisa jadi adalah rahmat terindah.
Melalui rasa kecewa, Allah ingin mengalihkan hatimu dari yang fana,
kepada Yang Maha Kekal.

Mari belajar untuk kembali percaya,
bahwa Allah tak pernah lalai dari urusan hamba-Nya.
Tak ada air mata yang sia-sia,
selama ia jatuh dalam doa dan pengharapan pada-Nya.

Mengapa harus percaya bahwa segala rasa sakit tidak pernah sia-sia?
Karena jika kau mau menengok perjalanan hidupmu,
pasti ada satu dua kisah manis yang tak pernah kau minta,
namun Allah hadirkan begitu indahnya,
hingga hatimu luluh merasakan betapa besar kasih sayang-Nya.

Tenanglah sekali lagi,
bersabarlah sepenuh hati.
Badai itu tak datang untuk tinggal,
ia hanya singgah untuk membersihkan.
Setelahnya, kau akan melihat pelangi,
yang hanya dapat disaksikan oleh hati yang bersabar.

Percayalah dengan janji Allah:

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. Al-Insyirah: 5-6)

Siti Nur Jannah
𝐇𝐂𝐄 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚
𝗛𝗼𝗺𝗲 𝗼𝗳 𝗖𝗵𝗮𝗿𝗮𝗰𝘁𝗲𝗿 𝗘𝗱𝘂𝗰𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻