Mengejar Bayangan

Mengejar Bayangan

“Ayah, ayo kita mainan”
“Mainan sendiri dulu ya, ayah capek banget”

“Bunda, coba lihat, gambaranku bagus kan?”
“Sebentar sayang, bunda baru masak, nanti gosong gimana?”

Tanpa kita sadari, mungkin hal ini sering terjadi. Tanpa kita sadari, kita telah membuat hatinya terlukai. Ya, sepertinya kita belum sepenuhnya mampu menurunkan bahkan menakhlukkan ego masing-masing sebagai orangtua terhadap buah hati tercinta.

Setiap hari begitu banyak yang terabaikan dari mengisi tangki cinta mereka. Setiap hari disibukkan dengan urusan pekerjaan yang tiada habisnya. Sehingga keberadaan mereka ditengah hiruk pikuk kehidupan kita bagai mengejar bayang-bayang sosok seorang ayah dan bunda.

Mau sampai kapan kita mengabaikannya?
Sementara waktu melesat begitu cepatnya.
Mau sampai kapan kita menunda pembersamaan dengannya?
Sementara masa tak akan pernah bisa diulang semau kita.

Mereka hanya butuh kita ada, jiwa maupun raga.
Mereka hanya minta perhatian dan kasih sayang kita.
Mereka hanya mengikuti fitrahnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai fasenya.
Setelahnya, mereka akan melakukan semuanya seorang diri dan kita hanya bisa mendoakannya.

Jangan menunggu tua untuk mengajaknya bermain bersama.
Jangan menunggu purna untuk menjalin kedekatan penuh cinta.
Karena saat mereka dewasa, mereka telah menemukan dunianya dan tak jarang merasa enggan dengan kedekatan kita yang dirasa tiba-tiba.

Mari bersamai mereka sejak thufullahnya, karena jalinan cinta tak bisa ditumbuhkan dalam sekejap mata.

Selamat membersamai thufullah kita, semoga jalinan yang tercipta akan menjadi penguat hubungan antara orangtua dan anak-anak hingga akhir menutup mata🤲

Ditulis oleh: Luluk Ummu Aisyah
(Tabbis HCE Indonesia)