Penulis : Ekti Ummu Uwais
Laa Tansaa Isi Tangki Cinta
┏━━━━••••┈✿•┈•✿•┈✿•••━━━━┓
💟 Home of Character Education 🌸
┗━━━••••┈✿•┈•✿•┈✿•••━━━━━┛
🏚 Rumahku Sekolah Terbaikku🌵
الأم مدرسة الأولى
Al-Ummu Madrasatul Ula
Putuskan Rantai Hutang Pengasuhanmu
Wahai Ibu…
Putuskan Rantai Hutang Pengasuhanmu.
Di bawah bayang-bayang pohon masa lalu yang kian mengakar, tanpa tersadar dari tangan ke tangan warisan itu terbawa.
Hingga sampailah kepada diri ini melahirkan sang buah hati dengan kondisi batin yang masih banyak luka.
Awalnya tak merasa diri ini sedang bermasalah, hingga suatu saat sang buah hati itu tumbuh semakin pintar akalnya.
Yang dulu bayi selalu ditimang-timang disayang, sekarang sudah pandai berlarian.
Tak jarang, polah tingkahnya memancing segala sisi emosi jiwa.
Sekali tidak mengapa.
Dua kali pun tak terasa.
Hingga tanpa sadar ternyata sudah berkali-kali kelepasan.
Iya, kelepasan marah-marah.
Kelepasan memukul.
Kelepasan mencubit. Kelepasan berteriak.
Wahai Ibu, engkaulah tempat ternyaman anakmu.
Meskipun engkau beberapa kali meneriakinya tetap dirimulah yang dituju.
Wahai ibu, engkaulah ibu terhebatnya di mata bening anakmu. Dirimu tetaplah ibu kesayangannya meskipun engkau kelepasan mencubitnya.
Wahai ibu, kalau bukan dirimu siapa lagi yang akan menyayanginya dengan sepenuh hati?
Sejatinya amarahmu yang meledak-ledak, kecemasan, ketakutan yang berlebih, kekhawatiran yang tak terkontrol, susah mengendalikan ego itu adalah bagian dari warisan pengasuhan masa lalu yang belum usai.
Meskipun sangat sulit melawan batin yang bergejolak.
Meskipun tau sikap ini tidaklah benar.
Meskipun selalu berusaha sekuat tenaga melawannya. Namun, nyatanya masih juga terjadi lagi dan lagi🥀.
Sejatinya, dari sikap negatif kita memperlakukan anak-anak terlihat bahwa luka pengasuhan kitalah yang berbicara. Luka pengasuhan yang masih terus terbuka menganga. Oleh sebab itu, basuhlah luka itu, Ibu. Basuhlah luka yang ada di diri dengan memohon ampun kepada-Nya.
Memohon kekuatan kepada Allah agar tenang menghadapinya.
Yang lalu biarlah menjadi pelajaran paling berharga, relakan. Dan kita kembali bangkit menata diri dengan ikhlas, agar mereka tumbuh tanpa bayang-bayang rasa cemas.
Mereka terlahir dengan keadaan fitrah dan kehidupan yang baru. Jangan engkau titipkan luka yang belum usai kepadanya.
Mungkin kita waktu kecil sudah banyak terlukai fitrahnya, sehingga masih terbelenggu dengan banyaknya luka. Namun ibu, pengasuhan bukan tentang pengulangan. Namun tentang memutus mata rantai hutang pengasuhan yang tak memberi terang.
Cukupkan luka itu pada diri kita sendiri. Jangan terulang di anak2 kembali.
Wahai ibu, anakmu bukanlah miniatur kecilmu. Setiap langkahnya mempunyai takdirnya sendiri. Takdir yang sudah ditetapkan Allah dan tidak sama dengan dirimu.
Bebaskanlah ia dari rantai beban masa lalumu yang abu-abu. Biarkanlah mereka belajar dari kasih sayang yang engkau beri, bukan dari luka batin yang engkau sembunyikan dalam hati.
Biarkanlah mereka tumbuh dengan perasaan senang dengan kasih sayang orang tuanya yang lapang.
Wahai, garda terdepan pelindung ananda.
Kini, selagi masih ada waktu perbaikilah momen itu.
Segala macam kekurangan yang pernah kita lakukan kepadanya, tamballah dengan suatu hal yang menyenangkan hatinya.
Peluklah ia, berikan hadiah semampunya,
Bersamainya dengan tenang, apresiasi di setiap usahanya dan layani jika ia meminta.
Semoga dengan itu, tidak ada lagi hutang pengasuhan kita kepadanya.
Dan perlahan, rasa percaya mereka ke kita semakin meningkat. Sehingga pertumbuhannya pun akan semakin menghebat.
Tak selamanya warisan itu harus di turunkan. warisan hutang pengasuhanlah yang harus kita putuskan.
Agar anak-anak kita mendapatkan kebahagiaan tanpa adanya bayang-bayang luka yang kita tinggalkan.
Agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang penuh harapan.
Semangat mewarisi kebaikan🩵
Ditulis oleh: Ekti Ummu Uwais
(Tabbis HCE Indonesia)
🚹 SETIAP ANAK HEBAT 🚺
Bahagia Beriman, Berilmu, Beramal
✿•┈•┈ 🍀🪷🪷🪷🍀•┈•┈

Masya Allah daleeeemmm dan indah bgt tulisannya ummu uwais 🧡🧡🧡
Barakallahu fiik habibaty